Semarang, suaramerdeka.com – Revitalisasi pabrik gula menjadi kunci utama untuk mencapai swasembada gula sebanyak 5 juta ton pada 2014. Tanpa revitalisasi pabrik gula, swasembada gula tak mungkin tercapai.Ketua Asosiasi Petani Tebu Rakyat Indonesia (APTRI) Soemitro Samadikoen mengatakan, orientasi antara pemerintah dengan petani tebu soal swasembada ula 2014 berbeda.

Seharusnya pemerintah lebih memacu produktivitas gula dan meningkatkan rendemen (perbandingan kadar gula terhadap berat tebu giling)tebu, bukan peningkatan lahan agar swasembada tercapai.”Swasembada tak akan tercapai bila tidak ada perubahan produktivitas atau rendemen tebu,” katanya dalam Rakerda APTRI Jateng di Hotel Sahid Plaza, Rabu (3/4).

Dalam mengejar swasembada gula, pemerintah berencana menambah lahan tebu sekitar 300.000 hektare di seluruh Indonesia. Jika hanya menambah areal lahan kebun tebu, dikhawatirkan pada saat pasar ekonomi Asean dimulai, gula nasional akan kalah bersaing.

“Harga gula nasional akan kalah dengan gula rafinasi milik negara tetangga yang harganya lebih murah,” ujarnya.Revitalisasi pabrik gula sangat diperlukan untuk menggenjot produksi. Tujuannya untuk meningkatkan angka rendemen. Saat ini, angka rendemen rata-rata pabrik gula di Indonesia sebesar 6% hingga 7%.”Jika rendemen ditingkatkan menjadi 11%, produksi bisa dua kali lipat,” ungkapnya.

Rendahnya angka rata-rata rendemen gula disebabkan karena pabrik gula di Indonesia sudah terlalu tua. Revitalisasi tidak hanya menyangkut mesin produksi, tetapi juga meliputi gudang penyimpanan dan sumber daya manusia.