DSC_0061republika.co.id, Jakarta. Penurunan ekspor komoditi non migas tidak terjadi pada kopi. Dalam kurun waktu 2007 hingga 2012, ekspor kopi diklaim mengalami pertumbuhan rata-rata 10 persen setiap tahun.

“Kopi berkontribusi minimal 1 persen dari total nilai  ekspor non migas,” ujar Direktur Ekspor Hasil Pertanian dan Kehutanan Ditjen Perdagangan Luar Negri Kementerian Perdagangan Mardjoko, Selasa (2/4).

Tahun 2011, nilai ekspor kopi  sebesar US$ 1,04 miliar. Sedangkan tahun lalu, nilai ekspor kopi menembus US$ 1,2 miliar. Pemerintah pun optimistis ekspor komoditas kopi kembali menunjukkan peningkatan yang pesat. Apalagi, nilai ekspor kopi telah melampaui angka US$ 1 miliar yang merupakan angka tertinggi dari nilai ekspor dalam lima tahun terakhir. Meski menunjukkan neraca positif, kopi Indonesia masih menghadapi berbagai tantangan di dunia internasional. Pertama, kandungan karbaril kopi Indonesia sebesar 0,5 miligram per kilogram menuai penolakan dari Jepang.

Di negara sakura, kandungan karbaril yang dibolehkan sebesar 0,01 miligram per kilogram. Sedangkan di Amerika, kandungan karbaril yang dibolehkan sebesar 0,1 miligram per kilogram. “Kita masih melakukan negosiasi dengan Jepang agar kopi kita bisa masuk pasar,” ujar Mardjoko. Pemerintah mengklaim tengah melakukan serangkaian upaya untuk menggenjot nilai ekspor non migas. Termasuk diantaranya melakukan  diversifikasi pasar non migas ke negara-negara seperti Timur Tengah, Eropa Timur dan Afrika.

Selain itu dilakukan pula upaya diplomatik untuk menyelesaikan hambatan pasar dengan aktif dalam kegiatan Asia Pasific Economi Conference (APEC) dan World Trade Organization (WTO).

 

 

Reporter : Meiliani Fauziah
Redaktur : A.Syalaby Ichsan