SEMARANG–PT Industri Gula Nusantara yang merupakan perusahaan penyertaan PTPN IX, pengelola Pabrik Gula Cepiring Kendal, telah menyiapkan tiga strategi dalam meningkatkan lahan tebu hingga 1.000 hektare.

Sugeng Setia, Kepala Humas Industri Gula Nusantara (IGN), menjelaskan saat ini perseroan baru memiliki lahan tebu seluas 1.300 hektare, jauh lebih sedikit dibandingkan dengan luas lahan ideal yang mencapai 4.000—4.500 ha.

“Atas dasar itu, kami selalu berupaya untuk memperluas lahan tebu agar kapasitas produksi PG Cepiring bisa optimal,” ujarnya, Minggu (24/2/2013).

Dia menjelaskan upaya yang dilakukan pihaknya adalah menawarkan para petani tembakau untuk mengkonversi lahannya menjadi tebu.

Ide ini muncul setelah pemerintah menerbitkan PP 109/2012 tentang Pengamanan Bahan Yang Mengandung Zatv Adiktif Berupa Tembakau Bagi Kesehatan.

Aturan baru tersebut menjadi momok bagi petani tembakau dan diprediksi akan menggerus harga tembakau di pasar.

“Kalau tembakau harganya kurang baik, maka kami tawarkan konversi ke tebu yang harga masih cukup bagus,” ujarnya.

Luas lahan tembakau di Kendal, jelasnya, mencapai 4.000 ha. Dari total lahan itu PG Cepiring berharap terjadi konversi ke tebu sebanyak 500 ha.

Strategi selanjutnya, ujar Sugeng, adalah konversi lahan di bawah Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi di Kendal.

Lahan ini memiliki luas 213 hektare dan dikelola oleh Lembaga Masyarakat Desa dan Hutan (LMDH). Saat ini, lahan tersebut ditanami berbagai tanaman seperti ubi jalar.

Menurut Sugeng, pihaknya telah melakukan komunikasi secara intensif dengan LMDH terkait konversi lahan di bawah SUTET tersebut. Pihaknya juga menjanjikan bantuan bagi petani yang mau melakukan konversi lahan.

Adapun strategi yang terakhir adalah penanaman tebu pada area bantaran sungai di wilayah Kendal, seperti Blorong, Kali Buntu dan Kali Kuto.

Selama ini, area bantaran sungai tersebut belum difungsikan oleh Dinas Pekerjaan Umum.

“Dengan tiga strategi tersebut, kami berharap luas lahan tebu PG Cepiring bisa bertambah 1.000 ha pada 2013—2013, dibandingkan dengan saat ini 1.300 ha,” ujarnya.  (ra)

Oleh      : Sugeng Setia, Kahumas IGN.  Sumber : bisnis.com